Kamis, 24 Desember 2009

BUNUH DIRI

Yani Setiani Tewas Diduga Bunuh Diri dari Lantai 11

Rabu, 16 Desember 2009 04:40 WIB

Jakarta (ANTARA News) - Tewasnya Yani Setiani (23) asal Pati, Jawa Tengah diduga akibat bunuh diri dengan cara "melompat" dari lantai 11 apartemen Gading River View, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin (14/12) sore.


Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara Komisaris Polisi Adex Yudiswan, Selasa (15/12) mengatakan tidak menemukan adanya tindak pidana dalam peristiwa tersebut.

"Kami menemukan rekaman percakapan dari telepon korban dengan kekasihnya," ujar Adex.

Dalam rekaman itu, kekasihnya mengaku sudah menikah. Korban tidak terima dengan pengakuan kekasihnya itu dan mengancam bunuh diri


Adex menjelaskan berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), peristiwa di apartemen Gading River View itu diduga sebagai aksi bunuh diri. Korban tinggal bersama majikannya di kamar nomor 1202, di apartemen tersebut.


Menurut Adex Yudiswan diduga penyebab aksi nekat itu adalah persoalan cinta.

Yani diduga nekat mengakhiri hidupnya karena mengetahui sang pacar telah beristreri dan memiliki anak.


Menurut Adex saat ini, sudah ada 11 saksi mata yang diperiksa.

"Saksi-saksi itu antara lain majikan, tetangga, dan petugas pengamanan gedung (security),” kata Adex.


Hasil visum juga tidak menunjukkan adanya kejanggalan pada tubuh korban.

"Hanya ada luka yang disebabkan terbentur benda tumpul saat terjatuh," ujarnya.

Berdasarkan pemeriksaan terhadap majikan korban, Sri Familiwati (35), disebutkan bahwa Yani diduga mengalami stres karena mengetahui kekasihnya telah beristeri dan memiliki anak.


"Persoalan inilah yang diduga memicu aksi nekat korban," katanya.

http://antaranews.com/berita/1260913258/yani-setiani-tewas-diduga-bunuh-diri-dari-lantai-11

Komentar:

Sungguh disesalkan, hanya karena sang pacar sudah beristri dan memiliki anak seorang wanita nekat terjun dari lantai 11 sebuah apartemen di kawasan Kelapa Gading. Jadi, jangan mengambil jalan pintas dengan cara bunuh diri hanya karena persoalan cinta dan sebagainya. Oleh karena itu, IMTAQ kepada Tuhan YME perlu ditingkatkan supaya tidak banayk lagi kasus bunuh diri dengan berbagai cara.


Cara mengatasi masalah dalam diri saya:

  1. berdiskusi dengan teman-teman atau orang tua membicarakan masalah itu,
  2. Bermain game di laptop,

Kamis, 19 November 2009

SHOPAHOLIC

SHOPAHOLIC

Shopaholic berasal dari kata shop yang artinya belanja dan aholic yang artinya suatu ketergantungan yang disadari ataupun tidak. Menurut Oxford Expans (dalam Rizka, 2008) dikemukakan bahwa shopaholic adalah seseorang yang tidak mampu menahan keinginannya untuk berbelanja dan berbelanja sehingga menghabiskan begitu banyak waktu dan uang untuk berbelanja meskipun barang-barang yang dibelinya tidak selalu ia butuhkan.

Gejala-gejala Shopaholic:

  • Suka menghabiskan uang untuk membeli barang yang tidak dimiliki meskipun barang tersebut tidak selalu berguna bagi dirinya.
  • Merasa puas pada saat dirinya dapat membeli apa saja yang diinginkannya, namun setelah selesai berbelanja maka dirinya merasa bersalah dan tertekan dengan apa yang telah dilakukannya.
  • Pada saat merasa stres, maka akan selalu berbelanja untuk meredakan stresnya tersebut.
  • Memiliki banyak barang-barang seperti baju, sepatu atau barang-barang elektronik, dll yang tidak terhitung jumlahnya, namun tidak pernah digunakan.
  • Selalu tidak mampu mengontrol diri ketika berbelanja.
  • Merasa terganggu dengan kebiasaan belanja yang dilakukannya.
  • Tetap tidak mampu menahan diri untuk berbelanja meskipun dirinya sedang bingung memikirkan hutang-hutangnya.
  • Sering berbohong pada orang lain tentang uang yang telah dihabiskannya.

Dampak Shopaholic:

  • Sering mengalami kehabisan uang padahal masih awal bulan.
  • Dapat mengakibatkan seseorang memiliki hutang dalam jumlah yang besar karena untuk memnuhi pikiran-pikiran obsesi untuk berbelanja dan berbelanja.
  • Dapat mengakibatkan seseorang dipecat dari pekerjaannya karena melakukan pemborosan dengan menggunakan uang perusahaan.
  • Memicu seseorang untuk melakukan tindak kriminal (seperti mencuri, memeras,korupsi dll) hanya karena ingin mendapatkan uang demi memenuhi dorongan untuk belanja yang terus-menerus dalam dirinya.
  • Dapat mengakibatkan perceraian karena pasangan dari si penderita shopaholic merasa tersiksa dengan uang yang selalu dihabiskan pasangannya hanya untuk berbelanja dan berbelanja.
  • Dapat mengakibatkan pertengkaran karena pemborosan yang dilakukan oleh penderita shopaholic.
  • Dapat mengakibatkan seseorang bunuh diri karena dalam dirinya selalu muncul pikiran-pikiran obsesi untuk berbelanja dan berbelanja dan si penderita merasa tersiksa jika tidak melakukan pikiran-pikiran obsesinya tersebut.

Siapa yang berpotensi mengalami Shopaholic?

Menurut penelitian dikemukakan bahwa 90% penderita shopaholic adalah perempuan, namun laki-laki juga mengalami shopaholic. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Stanford University mengatakan bahwa laki-laki juga mengalami shopaholic. Dengan demikian, perempuan dan laki-laki dapat menderita shopaholic. Barang-barang apa saja yang sering dibeli oleh perempuan dan laki-laki yang mengalami shopaholic? Perempuan yang mengalami shopaholic akan lebih suka untuk membeli pakaian, make-up, perhiasan, sedangkan laki-laki akan lebih suka membeli barang elektronik seperti HP, MP3 Player, dll.

Penyebab Shopaholic

Menurut Klinikservo (2007), ada beberapa sebab seseorang mengalami Shopaholic, yaitu:

  • Seseorang menganut gaya hidup hedonis (materialis) dan mempersepsi bahwa manusia adalah human having. Human having adalah seseorang yang cenderung mempersepsi orang lain berdasarkan apa yang dimiliki (seperti punya mobil, rumah, jabatan). Human having ini akan mengakibatkan seseorang merasa terus kekurangan, selalu diliputi kecemasan, tidak akan termotivasi untuk mengejar kebutuhan pada tingkat yang lebih.
  • Kecemasan yang berlebihan karena mengalami trauma di masa lalu.
  • Iklan-iklan yang ditampilkan diberbagai media yang menggambarkan bahwa pola hidup konsumtif dan hedonis merupakan sarana untuk melepaskan diri dari stres.
  • Adanya pikiran-pikiran obsesi yang tidak rasional.

Shopaholic merupakan salah satu bentuk dari gangguan obsesi kompulsif. Gangguan obsesif kompulsif yaitu suatu gangguan psikologis yang ditandai dengan adanya pikiran-pikiran obsesif (pikiran-pikiran yang selalu berulang-ulang menghantui seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu) dan adanya perilaku kompulsif (perilaku yang selalu dilakukan berulang-ulang, tetapi jika tidak dilakukan maka seseorang akan merasa tersiksa). Penderita obsesi kompulsif sebenarnya merasakan bahwa apa yang dilakukannya tidak rasional namun dirinya tidak mampu mengontrol kebiasaan yang dilakukannya tersebut.

Gejala-gejala seseorang yang mengalami gangguan obsesif kompulsif:

Menurut e-media (2007), seseorang yang mengalami gangguan obsesif kompulsif akan menunjukkan beberapa gejala-gejala yaitu merasa tertekan oleh pikiran-pikiran obsesi yang muncul dari dalam dirinya, melakukan perilaku kompulsif secara berulang-ulang untuk meredakan rasa tidak nyaman yang dirasakannya, selalu merasa cemas, dll.

Solusi Mengatasi Shopaholic

Shopaholic dapat diatasi dengan CBT (Cognitive Behavioral Therapy) dan terapi relaksasi. CBT akan membantu penderita untuk mengatasi pikiran dan perilakunya yang tidak rasional dan mencegah penderita untuk melakukan kebiasaan belanja secara terus-menerus. Selain itu, terapi relaksasi berguna untuk membantu mengurangi kecemasan dan membantu penderita untuk rileks dalam menghadapi pikiran-pikiran obsesinya yang muncul. Penderita Shopaholic juga perlu dilatih untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan sehingga hal dapat mulai mengontrol kebisaan belanjanya yang tidak rasional.

Solusi Untuk Mencegah Seseorang Menderita Shopaholic

Agar Anda tidak mengalami Shopaholic maka sebaiknya sesegera mungkin Anda mengontrol diri Anda pada saat berbelanja dan mengatasi stres dengan cara yang positif. Anda dapat melakukan perencanaan pengeluaran Anda ketika akan pergi ke mall sehingga hal dapat mengontrol perilaku belanja Anda yang tidak terkontrol. Namun, Anda juga harus komitmen hanya membeli barang yang benar-benar Anda butuhkan bukan karena godaan sesaat. Selain itu, Anda perlu pembukukan pengeluaran-pengeluaran yang telah Anda lakukan dan mencatat barang-barang kebutuhan pokok apa saja yang memang perlu untuk dibeli sehingga Anda dapat mengontrol perilaku belanja Anda.

Jika Anda merasa bahwa diri Anda mengalami gangguan obsesi kompulsif, sebaiknya Anda mencari tahu, apa akar masalah yang menyebabkan Anda kain hari kian gelisah, resah, cemas, tidak bisa tenang, dsb. Sebab, obsesif kompulsif itu merupakan tanda dari adanya masalah yang tidak selesai, atau dihadapi dengan cara yang keliru, sehingga menambah persoalan baru. Setiap orang pasti bisa tahu apa masalahnya, kalau mau jujur pada diri sendiri. Tapi, memang tidak mudah untuk mau berhadapan dengan kenyataan diri. Kalau pun tidak bisa mengetahui / memformulasikan apa masalahnya, maka berkonsultasi dengan pihak yang kompeten, seperti psikolog, akan sangat membantu memberikan petunjuk, arah dan bimbingan.

Untuk sembuh dari shopaholic memang tidak mudah, namun dengan usaha dan ketekunan, kesembuhan akan tercapai. Selain itu, empati dari anggota keluarga dan penderita sangat membantu dalam mempercepat kesembuhan penderita.

Dalam kehidupan sekarang yang diwarnai dengan konsumerisme, hendaknya kita menyadari bahwa manusia bukanlah human having tetapi human being. Semoga pembahasan tentang Shopaholic, dapat memberikan manfaat bagi Anda dan dapat mencegah meningkatnya problem shopaholic.

INSOMNIA

INSOMNIA

Yaitu suatu persepsi dimana seseorang merasa tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur.

Insomnia ada 3 jenis, yaitu:

1. Transient (cepat berlalu), hanya terjadi dalam beberapa malam ssaja

2. Jangka Pendek. Jenis ini hanya berlangsung sampai beberapa minggu dan biasanya akan kembali seperti biasanya.

3. Kronis (parah), gangguan tidak bisa tidur berlangsung lebih dari 3 minggu.

Penyembuhan Insomnia:

1. tidurlah hanya sebanyak yang kamu perlukan untuk istirahat, atau untuk menyegarkan badan pada saat bangun tidur.

2. Miliki jadwal tidur yang reguler dan rasional

3. Jangan bekerja saat hendak tidur

4. Buat udara kamar tidur segar dengan ventilasi yang baik.

5. Kurangi suara yang tidak menyenangkan, kurang cahaya yang tidak diperlukan.

6. Jangan tidur dengan kondisi kamu lapar, sehingga akan membuat kamu terbangun nantinya hanya karena ingin mencari makanan.

7. Hindari minuman yang mengandung kafein, seperti pada kopi, cola, teh dan coklat.

8. Percayakanlah saat waktu bangun kamu pada alarm jam kamu.Dengan sering melihat jam dikamar akan mempengaruhi reaksi emosi.

9. Olah raga ringan 6 jam sebelum tidur.

10. Olah raga aerobik selama 20 menit dapat meningkatkan suhu dan metabolisme badan dan akan menurun kembali sekitar 6 jam kemudian. Penurunan metabolisme dan suhu badan dapat memungkinkan tidur nyenyak.

11. Hilangkan segala kecemasan , pikiran tentang rencana besok, pikiran tentang tugas yang belum selesai.

Pendekatan Relaksasi:

Pendekatan relaksasi yang paling banyak dipakai adalah Relaksasi Progresif Dengan menegangnya otot, kita belajar merasakan ketegangan tersebut, kemudian sampai kita dapat merasakan sensasi kebalikannya yaitu relaksasi.

Berikut ini cara melakukan latihan relaksasi progresif:

Relaksasi menakup latihan pernapasan melalui perut adalah tehnik relaksasi yang paling mudah dipelajari.

1. Tariklah napas melalui hidung dengan tenang perlahan sambil rasakan aliranudara yang melalui hidung dengan cara mengembangkan perut tanpa menggerakkan dada.

2. Sekiranya cukup udara yang dihirup , berhentilah sejenak dan rasakan kenyamanandan ketenangan.

3. Setelah dirasakan cukup buanglah napas dengan perlahan-lahan tenang dengan mengempiskan perut secara perlahan dan tenang danrasakan kelegaan dan pembebasan dari beban emosi yang ada,

Penyebab Insomnia:

1. Faktor Psikologis. Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyabab dari Insomnia jenis kronis, sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi penyebab insonia transient.

2. Problem Psikiatri. Depresi paling sering ditemukan. Kamu bangun lebih pagi dari biasanya yang tidak kamu ingini, adalah gejala paling umum dari awal depresi , Cemas ,Neorosa, dan gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.

3. Gaya Hidup. Alkohol , rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.

4. Faktor Lingkungan. Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat jet, lintasan kereta api, pabrik atau bahkan TV tetangga dapat menjadi faktor penyebab susah tidur.

5. Sakit Fisik. Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung yang tersumbat dapat merupakan penyebab gangguan tidur.Selama penyebab fisik atau sakit fisik tersebut belum dapat di tanggulangi dengan baik ,gangguan tidur atau sulit tidur akan dapat tetap dapat terjadi.

PHOBIA

PHOBIA

Yaitu Ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap benda-benda atau situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak beralasan dan tidak berdasar pada kenyataan. Istilah “phobia” berasal dari kata “phobi” yang artinya ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak rasional; yang dirasakan dan dialami oleh sesorang. Phobia merupakan suatu gangguan yang ditandai oleh ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu obyek atau situasi tertentu.

Jenis PHOBIA menurut buku Dignostic and Statistical Manual for Mental Disorder IV (DSM-IV), yaitu:

  1. Phobia sederhana atau spesifik (Phobia terhadap suatu obyek/keadaan tertentu) seperti pada binatang, tempat tertutup, ketinggian, dan lain lain.
  2. Phobia sosial (Phobia terhadap pemaparan situasi sosial) seperti takut jadi pusat perhatian, orang seperti ini senang menghindari tempat-tempat ramai.
  3. Phobia kompleks (Phobia terhadap tempat atau situasi ramai dan terbuka) misalnya di kendaraan umum/mall) orang seperti ini bisa saja takut keluar rumah.

Penyebab PHOBIA

Pada umumnya phobia disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan kedalam alam bawah sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya phobia.

Lalu bagaimana menjelaskan tentang orang yang takut akan sesuatu walaupun tidak pernah mengalami trauma pada masa kecilnya? Martin Seligman di dalam teorinya yang dikenal dengan istilah biological preparedness mengatakan ketakutan yang menjangkiti tergantung dari relevansinya sang stimulus terhadap nenek moyang atau sejarah evolusi manusia, atau dengan kata lain ketakutan tersebut disebabkan oleh faktor keturunan. Misalnya, mereka yang takut kepada beruang, nenek moyangnya pada waktu masih hidup di dalam gua, pernah diterkam dan hampir dimakan beruang, tapi selamat, sehingga dapat menghasilkan kita sebagai keturunannya. Seligman berkata bahwa kita sudah disiapkan oleh sejarah evolusi kita untuk takut terhadap sesuatu yang dapat mengancam survival kita.

Pada kasus phobia yang lebih parah, gejala anxiety neurosa menyertai penderita tersebut. Si penderita akan terus menerus dalam keadaan phobia walaupun tidak ada rangsangan yang spesifik. Selalu ada saja yang membuat phobia-nya timbul kembali, misalnya thanatophobia (takut mati), dll.

Perlu kita ketahui bahwa phobia sering disebabkan oleh faktor keturunan, lingkungan dan budaya. Perubahan-perubahan yang terjadi diberbagai bidang sering tidak seiring dengan laju perubahan yang terjadi di masyarakat, seperti dinamika dan mobilisasi sosial yang sangat cepat naiknya, antara lain pengaruh pembangunan dalam segala bidang dan pengaruh modernisasi, globalisasi, serta kemajuan dalam era informasi. Dalam kenyataannya perubahan-perubahan yang terjadi ini masih terlalu sedikit menjamah anak-anak sampai remaja. Seharusnya kualitas perubahan anak-anak melalui proses bertumbuh dan berkembangnya harus diperhatikan sejak dini khususnya ketika masih dalam periode pembentukan (formative period) tipe kepribadian dasar (basic personality type). Ini untuk memperoleh generasi penerus yang berkualitas.

Berbagai ciri kepribadian/karakterologis perlu mendapat perhatian khusus bagaimana lingkungan hidup memungkinkan terjadinya proses pertumbuhan yang baik dan bagaimana lingkungan hidup dengan sumber rangsangannya memberikan yang terbaik bagi perkembangan anak, khususnya dalam keluarga.

Berbagai hal yang berhubungan dengan tugas, kewajiban, peranan orang tua, meliputi tokoh ibu dan ayah terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, masih sering kabur, samar-samar. Sampai saat ini masih belum jelas mengenai ciri khusus pola asuh (rearing practice) yang ideal bagi anak. Seperti umur berapa seorang anak sebaiknya mulai diajarkan membaca, menulis, sesuai dengan kematangan secara umum dan tidak memaksakan. Tujuan mendidik, menumbuhkan dan memperkembangkan anak adalah agar ketika dewasa dapat menunjukan adanya gambaran dan kualitas kepribadian yang matang (mature, wel-integrated) dan produktif baik bagi dirinya, keluarga maupun seluruh masyarakat. Peranan dan tanggung jawab orang tua terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah teramat penting.

Teknik Penyembuhan:

  1. Hypnotheraphy: Penderita phobia diberi sugesti-sugesti untuk menghilangkan phobia.
  2. Flooding: Exposure Treatment yang ekstrim. Si penderita phobia yang ngeri kepada anjing (cynophobia), dimasukkan ke dalam ruangan dengan beberapa ekor anjing jinak, sampai ia tidak ketakutan lagi.
  3. Desentisisasi Sistematis: Dilakukan exposure bersifat ringan. Si penderita phobia yang takut akan anjing disuruh rileks dan membayangkan berada ditempat cagar alam yang indah dimana si penderita didatangi oleh anjing-anjing lucu dan jinak.
  4. Abreaksi: Si penderita phobia yang takut pada anjing dibiasakan terlebih dahulu untuk melihat gambar atau film tentang anjing, bila sudah dapat tenang baru kemudian dilanjutkan dengan melihat objek yang sesungguhnya dari jauh dan semakin dekat perlahan-lahan. Bila tidak ada halangan maka dapat dilanjutkan dengan memegang anjing dan bila phobia-nya hilang mereka akan dapat bermain-main dengan anjing. Memang sih bila phobia yang dikarenakan pengalaman traumatis lebih sulit dihilangkan.
  5. Reframing: Penderita phobia disuruh membayangkan kembali menuju masa lampau dimana permulaannya si penderita mengalami phobia, ditempat itu dibentuk suatu manusia baru yang tidak takut lagi pada phobia-nya.

Macam-macam Phobia:

  1. Acerbophobia: Ketakutan pada asam.
  2. Acousticophobia: Ketakutan pada suara.
  3. Acrophobia / Hypsophobia: Ketakutan pada tempat yang tinggi.
  4. Aerophobia / Anemophobia: Ketakutan serta panik apabila kulit mereka terkena aliran udara.
  5. Agoraphobia / Kenophobia: Ketakutan pada ruang yang kosong atau terbuka.
  6. Agyophobia: Ketakutan akan jalan yang ramai dan cenderung takut untuk menyeberang.
  7. Allodoxaphobia: Takut pada pendapat.
  8. Amatophobia: Ketakutan pada debu.
  9. Amaxophobia: Ketakutan berkendaraan.
  10. Amychophobia: Ketakutan apabila dirinya disiksa atau mengalami luka / kecelakaan.
  11. Androphobia: Androphobia dijumpai pada wanita, yaitu ketakutan pada laki-laki.
  12. Anemophobia: Takut pada pergerakan udara atau angin.
  13. Anthophobia: Ketakutan terhadap bunga.
  14. Anthrophobia / Sociophobia: Ketakutan pada masyarakat atau orang secara umum.
  15. Antlophobia: Ketakutan pada sungai, banjir atau air yang mengalir.
  16. Apeirophobia: Ketakutan pada hal-hal yang tak terbatas, misalnya: sumur, langit, laut, dll.
  17. Apiphobia / Melissophobia: Ketakutan pada binatang yang menyengat.
  18. Arachnephobia: Ketakutan pada laba-laba.
  19. Asthenophobia: Ketakutan menjadi lemah.
  20. Astrophobia: Ketakutan pada langit dan angkasa.
  21. Ataxophobia: Takut pada kekacauan atau ketidakrapian.
  22. Atephobia: Takut tinggal di pegunungan atau dirumah bertingkat karena dibayangi oleh ketakutan akan reruntuhan.
  23. Auroraphobia: Ketakutan pada aurora atau cahaya utara, yaitu suatu fenomena alam yang hanya tampak di daerah belahan utara bumi.
  24. Automanophobia: Takut pada suara perut, makhluk animasi, patung lilin, segala sesuatu yang secara salah merepresentasikan makhluk yang memiliki persepsi.
  25. Autophobia: Ketakutan pada diri sendiri.
  26. Bacilliophobia / Microphobia: Ketakutan akan baksil atau kuman.
  27. Ballistophobia: Ketakutan terhadap proyektil, misalnya peluru kendali, roket, mortir atau meriam.
  28. Basophobia / Stasiphobia: Ketakutan untuk berdiri tegak atau ketakutan untuk berjalan.
  29. Bathophobia: Ketakutan akan kedalaman atau obyek yang lebih tinggi, misalnya gedung pencakar langit atau tebing yang curam.
  30. Belonephobia / Aichmophobia: Ketakutan pada benda-benda yang tajam.
  31. Bibliophobia: Ketakutan bila melihat buku.
  32. Botophobia: Ketakutan pada ruang atau kamar dibawah tanah.
  33. Bromhidrophobia: Ketakutan bila dirinya mengeluarkan bau badan atau takut kepada bau badan orang lain.
  34. Brontophobia: Ketakutan akan suara halilintar.
  35. Bufonophobia: Takut pada katak.
  36. Cancerphobia: Ketakutan akan akan penyakit kanker.
  37. Cheimaphobia / Psycrophobia: Ketakutan bila kedinginan.
  38. Chermatophobia: Ketakutan terhadap uang.
  39. Chromatophobia: Ketakutan akan warna-warna tertentu, misalnya ketakutan akan warna merah (erythrophobia). Phobia terhadap warna hitam lebih sering dihubungkan dengan phobia terhadap kegelapan (noctiphobia).
  40. Chronophobia: Ketakutan pada suara jam berdentang.
  41. Cibophobia: Takut makan karena takut menjadi sakit akibat kuman yang ada dalam makanan.
  42. Claustrophobia: Ketakutan berada dalam ruangan sempit.
  43. Cleithrophobia: Ketakutan apabila terkunci didalam suatu ruangan.
  44. Clinicophobia: Ketakutan untuk ke dokter atau berobat.
  45. Cremnophobia: Ketakutan berada di tebing yang curam.
  46. Coitophobia: Ketakutan untuk melakukan persetubuhan dengan lawan jenis.
  47. Coprophobia / Mysophobia / Tocophobia: Takut terhadap kotoran.
  48. Crystallophobia / Hyalophobia: Ketakutan terhadap benda-benda yang terbuat dari gelas.
  49. Cynophobia: Ketakutan terhadap anjing.
  50. Demonophobia / Ghostphobia: Ketakutan akan setan-setan.
  51. Diabetophobia: Takut terhadap penyakit diabetes / kencing manis.
  52. Domatophobia / Oikophobia: Ketakutan yang terjadi bila berada didalam rumah.
  53. Doraphobia: Ketakutan yang terjadi bila menjamah bulu binatang.
  54. Dromophobia: Ketakutan untuk mengembara.
  55. Dysmorphophobia / Teratophobia: Takut pada orang cacat.
  56. Electrophobia: Ketakutan terhadap listrik.
  57. Electrophobia: Ketakutan terhadap listrik.
  58. Entomophobia / Melissophobia: Ketakutan pada serangga.
  59. Ereutophobia: Ketakutan akan rasa malu.
  60. Ergophobia: Takut bekerja.
  61. Erotophobia: Takut akan cinta sexuil.
  62. Eurotophobia: Takut pada alat kelamin wanita.
  63. Galeophobia / Ailurophobia / Gatophobia: Takut akan kucing.
  64. Gamaphobia: Takut akan perkawinan.
  65. Genophobia: Takut sakit demam panas.
  66. Gephyrophobia / Gephydrophobia / Gephysrophobia: Takut menyeberang jembatan.
  67. Gerontophobia: Ketakutan terhadap usia tua.
  68. Graphophobia: Ketakutan bila melihat tulisan.
  69. Gynaephobia: Perasaan takut kepada wanita.
  70. Hadephobia: Takut akan neraka.
  71. Hamartophobia: Takut akan dosa dan kesalahan.
  72. Hapephobia: Ketakutan terhadap sentuhan fisik.
  73. Hellenologophobia: Takut pada istilah atau terminologi ilmiah rumit dari bahasa Yunani.
  74. Hierophobia: Ketakutan akan barang-barang suci.
  75. Hematophobia: Ketakutan melihat darah.
  76. Heliophobia: Ketakutan bila melihat atau terkena sinar matahari.
  77. Hodophobia: Takut bepergian.
  78. Homichlophobia: Ketakutan pada kabut.
  79. Homophobia: Ketakutan pada orang-orang homo seks.
  80. Hormephobia: Takut pada suatu kejutan.
  81. Hydrophobia / Iyssophobia: Takut pada air.
  82. Hygrophobia: Ketakutan pada tempat yang lembab.
  83. Hylophobia: Ketakutan terhadap hutan.
  84. Hypengyophobia: Ketakutan terhadap tanggung jawab.
  85. Hypnophobia: Ketakutan untuk tidur.
  86. Ichtyophobia: Ketakutan terhadap ikan.
  87. Ideophobia: Ketakutan akan ide-ide.
  88. Iophobia: Ketakutan bila melihat racun.
  89. Kakorhaphiophobia: Takut akan kegagalan.
  90. Kathisophobia: Takut duduk.
  91. Kinesophobia: Takut melihat gerakan-gerakan.
  92. Kleptophobia / Harpaxophobia: Takut pada pencuri atau perampok.
  93. Linonophobia: Takut akan benang, tali atau senar.
  94. Lygophobia: Takut berada di tempat gelap.
  95. Lyssophobia: Takut bila menjadi gila.
  96. Mastigophobia: Takut pada hukuman.
  97. Merinthophobia: Ketakutan bila diikat.
  98. Metallophobia: Ketakutan terhadap benda-benda logam.
  99. Misophobia: Takut terkena kotoran atau kuman.

STRES

STRES

Istilah stres dalam fisika diartikan sebagai penggunaan kekuatan yang cukup besar terhadap suatu obyek atau sistem untuk merusaknya atau merubah bentuknya. Herbert Benson dalam bukunya “The Relaxation Response” memberi batasan stres sebagai “enviromental demands that require behavioral adjustment”. Batasan ini memberikan arti yang sama kepada stres sebagaimana artinya dalam fisika yaitu adanya suatu kekuatan di luar obyek yang terkena kekuatan tersebut. Dalam obyek timbul ketegangan tertentu untuk dapat mempertahankan bentuknya. Pada manusia kekuatan lingkungan juga menimbulkan ketegangan. Untuk dapat bertahan manusia perlu menyesuaikan perilaku dirinya. Jika tak berhasil dalam penyesuaian dirinya ia akan berubah bentuknya atau akan hancur.

Jenis Stres

1. Yang bersifat organobiologik (fisik):

- Kelelahan fisik, seorang karyawan swasta yang kuliah lagi

- Rudapaksa fisik, kecelakaan yang menyebabkan kelumpuhan seseorang

- Gizi kurang, seperti anak Somalia yang tatapan matanya sayu

- Penyakit infeksi, penyakit tifus sering diikuti dengan tingkah laku yang sangat gelisah

- Tindakan operasi, operasi payudata yang menyebabkan stres berat pada wanita

2. Yang bersifat psiko-edukatif

Ini berarti ia berasal dari alam psikologik (kejiwaan) dan alam pendidikan (edukasi) dari individu yang bersangkutan. Walaupun jenis-jenis stres itu dapat disebutkan satu demi satu, perlu diketahui bahwa semua jenis stres itu berpengaruh secara menyeluruh (integratif) terhadap perilaku individu. Dengan demikian, tidak jarang dapat ditemukan suatu “pola stres” tertentu:

i. Berbagai konflik dan frustasi yang berhubungan dengan kehidupan modern/urban:

a. Konflik menantu dan mertua yang berkelanjutan, karena ketidakcocokan padahal tinggal bersama.

b. Ibu rumah tangga yang tidak boleh bekerja lagi, padahal berpendidikan tinggi.

ii. Berbagai kondisi yang mengakibatkan sikap atau perasaan “rendah diri” sehingga individu “benar-benar” merasa dirinya terpukul “Antara lain dapat disebabkan kegagalan dan rasa rendah diri di mana terasa sekali bahwa “ideal yang diidam-idamkan” tidak mungkin tercapai, contoh: remaja putri yang tidak berhasil dalam sepinmaru.

iii. Berbagai kondisi kehilangan “status” dan perasaan dirinya “cacat” atau “habis riwayatnya”. Umpamanya bila orang benar diberhentikan dari posisinya, benar kehilangan sebagian besar keuangannya yang dihimpunnya selama hidupnya, benar kehilangan kawan seorang suami yang tertekan karena karier dan penghasilan istri lebih tinggi dibandingkan dirinya.

iv. Berbagai kondisi iri hati karena dalam membandingkan diri dengan orang lain / pihak lain (status, posisi, kekayaan, dll). Misalnya seorang karyawan yang mempunyai kemampuan dan pendidikan lebih tinggi hanya menduduki jabatan yang lebih rendah, sedangkan yang berada diposisi tersebut kurang kemampuannya tetapi masih ada hubungan keluarga dengan pimpinan kantor.

v. Berbagai kondisi kekurangan yang dihayati sebagai sesuatu cacat yang menentukan kehidupan, umpama: penampilan fisik, jenis kelamin, usia, intelegensi, kondisi cacat (handicap). Misalnya seorang ibu walaupun cukup menarik tetap merasa kurang karena hidungnya yang kurang mancung.

vi. Berbagai kondisi perasaan bersalah/berdosa. Tidak jarang berhubungan dengan kode moral etik yang dijunjung tinggi secara pribadi, tetapi gagal dianut dalam praktek. Seseorang yang tergoda orang ketiga sewaktu pasangannya sedang tugas belajar kemudian merasa berdosa karena mengkhianati suaminya.

3. Stres sosio-kultural

Kehidupan modern menempatkan individu-individu dalam suatu “kancah stres sosio-kultural” yang cukup besar. Perubahan-perubahan sosial / ekonomi dan sosial budaya berdatangan secara bertubi-tubi. Berbagai kondisi stres dapat dikemukakan secara lebih terperinci, diantaranya :

  1. Berbagai fluktuasi ekonomi dan akibatnya (menciutnya anggaran rumah tangga; pengangguran; kegelisahan tertentu yang menimpa pribadi individu maupun kelompok, dan lain-lain). Bayangkan seorang istri yang harus mengatur gaji untuk kebutuhan 1 (satu) bulan semakin bingung karena kenaikan gaji yang diterima tidak memadai dengan kenaikan barang kebutuhannya.

2. Kesenjangan hidup keluarga

  1. Berbagai indikator sosial kultural dapat dipergunakan untuk menilai hal tersebut, diantaranya jumlah perceraian; konflik yang mengakibatkan keretakan rumah tangga, berbagai kekecewaan dan sebagainya. Pengaruh urbanisasi dan modernisasi dengan peningkatan tuntutan dan efisiensi hidup dan finansiil / materiil tidak jarang melandasi kehidupan keluarga. Demikian pula tidak terpenuhinya hal-hal di bidang lain, “peranan” yang diharapkan dijalankan oleh pihak suami/istri mertua/orang tua/anak/menantu dan lain-lain.

4. Ketidakpuasan bekerja

5. Persaingan yang tajam, keras, dan bahkan tidak sehat

6. Diskriminasi

7. Perubahan sosial yang cepat

Perubahan cepat tidak senantiasa perlu berakibat buruk, bila disertai dengan penyesuaian yang memadai di bidang etik dan moral konvensional. Bila kesejajaran ini tidak harmonis, maka pola kehidupan konvensional akan senantiasa merasa terancam dengan berbagai akibat yang tidak diharapkan. Dalam kondisi terburuk, maka nilai-nilai materialistik akan mendominasi sehingga nilai-nilai religius – moralitik – spiritualistik terpengaruh dan melemah karenanya. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya “benturan konflik”. Sebagian diungkapkan, dan untuk sebagian sekedar disimpan dalam hati untuk ditanggung dalam alam perasaan individu atau kelompok.

Tanggapan Tubuh terhadap Stres (daya tahan)

Menurut Selye, stres merujuk pada suatu reaksi yang kompleks di pihak organisme terhadap pengaruh atau dampak non-spesifik dari lingkungan (pengaruh atau dampak itu dinamakan “stresor” atau “stimulus”). Sesuai dengan berat ringannya stres dan lama-singkatnya stres berlangsung, tubuh menanggapinya dalam tiga tahap:

1. Tahap “reaksi peringatan atau alarm” (tanggapan terhadap bahaya)

Tanggapan ini berfungsi untuk mengerahkan sumber daya tubuh melawan stres. Pada awal tanggapan terhadap bahaya itu, untuk sesaat reaksi tubuh turun di bawah normal. Misalnya, tekanan darah, detak jantung, pernapasan berkurang. Tetapi reaksi tubuh itu segera berbalik naik. Darah mengalir lebih cepat, jantung berdetak lebih cepat, pernafasan lebih cepat, keringat banyak keluar. Hal ini terjadi misalnya waktu kita menghadapi keadaan darurat misalnya hampir terlanggar kendaraan waktu mau menyeberang jalan. Pada tahap ini, biasanya orang berjuang mengatasi stres dengan melawan (fight) atau lari (flight) dari sumber stres. Reaksi tubuh terhadap stres yang tinggi ini tak mungkin bertahan lama. Maka bila stres terlalu keras dan tak terhindarkan, serta reaksi tubuh yang intens tetap tak berkurang, organisme tubuh dapat hancur dalam beberapa saat, jam atau hari. Jika tahap ini dapat diatasi, maka menyusul:

2. Tahap “adaptasi atau resistensi”

Gejala-gejala semula menghilang. Terjadi penyesuaian dengan perubahan lingkungan, dan bersangkutan dengan ini terciptalah suatu peninggian “daya tahan”. Dampak stresor atas organisme berkurang atau dinetralisasi. Tubuh tidak banyak menunjukkan gejala-gejala stres, seolah-olah biasa saja. Tetapi tubuh yang sudah menahan stres itu menjadi lemah jika menghadapi stres baru, sehinnga mudah terkena penyakit.

3. Tahap “kelelahan” atau exhaustion

Cadangan adaptasi yang tersedia dalam organisme telah terpakai habis. Sekarang timbul penyakit misalnya hipertensi, tukak lambung, encok, asthma, reaksi allergi, penyakit jantung dan disebut sebagai “penyakit adaptasi”.

Dampak Stress

Orang yang mengalami stres dapat mengalaminya hanya untuk sementara waktu saja atau dapat untuk waktu lama. Pada tahap yang terakhir stres psikologik akan menampakkan diri dalam bentuk sakit fisik dan sakit psikis. Kesehatan jiwa terganggu. Orang dapat menjadi agresif, dapat menjadi depresi, dapat menderita neurosis cemas, dapat menderita gangguan psikosomatik, dapat tidak sehat badan, yaitu menderita penyakit fisik :

a. Tekanan darah tinggi

b. Sakit jantung

c. Sesak nafas (Asthma Bronkhial)

d. Radang lambung, tukak lambung atau usus

e. Sakit kepala

f. Sakit eksim kulit

g. Konstipasi

h. Aarthritis

i. Kanker

j. DLL.

Upaya Pencegahan Stres:

1. Jaga kesehatan fisik dengan makanan bergizi, cukup istirahat dan olahraga

2. Mempunyai kepercayaan kepada Tuhan YME, hidup dalam pengharapan dan iman serta menjalankan ajaran Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Menerima segala peristiwa dalam kehidupan sebagai pelajaran dan dapat mengambil hikmahnya.

4. Jika mempunyai masalah yang melibatkan emosi, cepat selesaikan dengan cara yang benar. Jangan memendam emosi dan konflik.

5. Belajar tidak egois dan selalu mau menolong orang lain

6. Percaya diri, tidak rendah diri dan senang dengan dirinya (dapat menerima diri apa adanya)

7. Nikmati, hayati, syukuri tiap-tiap menit yang berlalu (here and now, masa depan adalah serial dari masa sekarang)

8. Pupuklah benih-benih cinta (kasih sayang)

9. Kembangkan rasa humor

10. Carilah nilai-nilai perjuangan dalam hidup, sehingga kita dapat menghadapi kehidupan dengan ulet dan tahan bantingan.

Upaya Penanggulangan Stres:

1. Pemberian obat (terapi medikamentosa)

- Jika sudah menderita gangguan Jiwa, pertama-tama penderita harus diberi obat dulu sesuai dengan diagnosisnya.

- Hal ini perlu untuk menghilangkan gejala, sehingga penderita kembali tenang dan dapat berpikir jernih, sehingga dapat diberikan psikoterapi.

2. Psikoterapi

Yaitu suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih, dalam hubungan profesional secara sukarela, dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.

3. Latihan Relaksasi
Latihan relaksasi dapat mengurangi kecemasan (anxietas), dapat menidurkan mereka yang menderita insomnia dan dapat mengurangi rasa sakit kepala yang ditimbulkan oleh stres. Latihan relaksasi dapat dilaksanakan dengan prosedur :

- relaksasi progresif (Jacobson)

- autogenic training (Schultz)

- meditasi

- biofeedback

Semua prosedur diatas umumnya memiliki beberapa prinsip yang sama yakni :

  1. diusahakan timbulnya pengendoran otot-otot tubuh.
  2. harus dilakukan secara teratur dan berulang kali.
  3. individu itu dianjurkan untuk memakai relaksasi ini dalam menghadapi situasi stres sehari-hari.
  4. juga diberikan pada klien suatu prosedur kognitif untuk menciptakan pikiran yang tenang, umpama : pada autogenic training, mereka harus mengulang-ulang kalimat “lengan dan kakiku sekarang berat dan hangat”.
  5. persamaan yang paling kuat dari semua model prosedur relaksasi di atas adalah atensi pasif, yakni suatu fenomena yang berlawanan dengan jawaban aktif atau perjuangan yang umum dilaksanakan dalam menghadapi stres. Umpama : autogenic training, klien diajarkan untuk melaksanakan konsentrasi pasif. Dalam bio-feedback training diajarkan untuk bertindak berlawanan dari “usaha keras”.

4. Upaya yang bersifat Lingkungan

a. Keluarga. Seorang isteri / suami dapat merupakan sokongan sosial yang sangat berharga bagi seorang yang sedang menderita stres. Demikian pula halnya dengan orang tua bagi anaknya dan sebaliknya.

b. Perkumpulan senasib / seprofesi. Perkumpulan para lanjut usia, para remaja atau kawan dan sebagainya banyak pula dapat pembantu anggotanya bila ia mengalami suatu stres atau masalah.

c. Agama. Berdoa bersama dalam agamanya telah banyak memperlihatkan khasiatnya dalam memberikan kekuatan pada seseorang dalam menghadapi persoalan-persoalannya.