TRAUMA
Secara sederhana trauma bermakna luka atau kekagetan (shock). Dalam artian psikologis trauma mengacu pada pengalaman-pengalaman emosional yang mengejutkan, menyakitkan dan membawa dampak serius, tidak jarang untuk jangka waktu lama.
Penyebab seseorang mengalami trauma:
1. Malapetaka alam. Terjadinya mendadak dalam beberapa detik, menewaskan dan mencederai banyak orang, menimbulkan kerugian materi besar. Contohnya, letusan gunung berapi macam letusan G. Papandayan di Jabar bulan lalu, gempa bumi hebat dengan daya guncang dan daya rusak yang besar (mungkin 6,5 skala Richter atau lebih), banjir besar, tanah longsor, angin ribut, tsunami, bahkan kekhawatiran manusia terhadap benturan dengan komet lain.
2. Malapetaka buatan manusia. Serangan bom, serangan dengan ancaman kekerasan fisik, pemerkosaan, perampokan, termasuk kelompok ini. Juga penculikan, penyanderaan, ancaman oleh penguasa, penyiksaan, pengekangan kebebasan seperti yang dialami tawanan perang di dalam kamp konsentrasi, kecelakaan mobil hebat, penyakit yang tidak bisa sembuh, ancaman kematian, bahkan sekadar menyaksikan atau mendengar tentang bentuk-bentuk malapetaka buatan manusia tadi. Pada anak-anak, peristiwa traumatik penganiayaan seksual, pemerkosaan, atau menyaksikan peristiwa tersebut juga bisa menjadi penyebab trauma.
Gejala-gejala trauma adalah sebagai berikut:
- Gangguan tidur
- Seringkali menangis
- Hiperaktif
- Sangat sensitif terhadap cahaya dan suara
- Depresi, takut akan datang malapetaka
- Kurang tertarik untuk hidup selanjutnya
- Fluktuasi suasana hati, kadang senang dan kadang marah tanpa sebab.
- Tidak mempunyai perasaan menolong.
- Mimpi buruk
- Sering terkejut
- Takut akan kematian, dll.
Akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa traumatik beragam tingkatanya:
Ada tingkatan akut (bila gejalanya berlangsung selama kurang dari tiga bulan), kronik (bila gejalanya berlangsung selama tiga bulan atau lebih), dan berawal mula terlambat (bila gejala itu timbul setelah peristiwa traumatik itu lewat lebih dari enam bulan).
Beberapa Tips Menghilangkan Trauma Masa Lalu:
1. Analisa
Menganalisa penyebab trauma kita?! Yup. Cari tempat yang tenang, fokuskan pikiran dan ingatlah apa yang sudah terjadi…semua penyakit pasti ada obatnya, dan bila kita menemukan penyebabnya, insya Allah kita juga bisa membuat penawarnya sendiri.
2. Let it flow
Apapun yg sudah terjadi tentu sudah ditulis-Nya dan kita hanya bisa ambil hikmahnya. Jika itu buruk maka berusahalah untuk memperbaikinya dan jangan sampai terulang lagi. Biarkan semuanya dipupus waktu karena waktu adalah obat yg terbaik.
3. Hadapi, dan jangan takut!
Ya, hadapi saja dan jangan pernah takut karena sesuatu yang buruk telah meninggalkan bekas yang begitu dalam pada diri kita (secara psikologis). Ketakutan hanya akan mengurung kita dalam trauma berkepanjangan…dan akan membuat kita pesimis dalam memandang dan menjalani hidup.
4. Having fun
Lakukan hal-hal yang menyenangkan yang membuat kita tak punya waktu untuk flashback pada penyebab trauma kita. Suasana yang menyenangkan akan membuat kondisi kejiwaan kita jadi rileks juga.
5. Berprasangka baik
Allah sudah berjanji bahwa Dia tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan hambaNya. Segala ketentuanNya yang baik atau buruk…ber-husnudzan saja. Jika Dia menguji kita, maka itu artinya Dia masih sayang kita. Jangan jadikan itu sebagai pemicu trauma…tapi sebagai ajang koreksi diri. Apa yang menurut kita baik belum tentu menurut pandanganNya baik, begitu pula sebaliknya.
6. Take it or leave it!
Setuju dengan kutipan di atas. Itu adalah pilihan. Jika kita memilih seperti seekor burung yang terus terkurung di dalam sangkarnya…maka kita tak bisa melihat indahnya dunia, tak bisa mensyukuri nikmat yang sudah kita dapatkan sampai hari ini. Jika kita meninggalkan trauma itu…maka kita telah memperbarui hidup kita. Pilihan itu ada pada kita sendiri. Kalaupun terus terkurung dalam trauma itu, maka itu adalah sebuah kesalahan karena hidup terus berputar.
7. Berdoa
klo trauma mw di ilangin hrs gmn za ?
BalasHapusksih solusi dunk
jgn mengingat-ingat kejadian yang bikin trauma, ntr malahj tambah trauma lagi
BalasHapus