Obesitas memiliki andil dalam munculnya penyakit. Berbagai penelitian mengenai kegemukan terus dilakukan untuk membantu mereka memiliki berat badan berlebih. Salah satu penelitian yang terus dilakukan adalah mencari bukti ilmiah hubungan antara kegemukan pada perut dengan sejumlah penyakit.
Ketua Perhimpunan Edukator Diabetes Indonesia, dr Aris Wibudi, menyebutkan bahwa lingkar perut yang bwesar merupakan peringatan adanyta peningkatyan diabetes militus atau yang didefinisikan sebagai kumpulan gejala terkait metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak akibat fungsi insulin.
“Perempuan dengan lingkar perut lebih sari 88 cm dan lingkar perut lebih dari 90 cm hnarus hati-hati karena sudah beresiko tinghi terkena diabetes militus,” kata Aris Wibudi dikutip Antara, Kamis (13/5).
Kumpuilan lemak pada orang yang mengalami obesitas sentral menyebabkan resistensi insulin yakni kondisi ketika kemampuan hormon insulin untuk menurunkan kadar gula glukosa darah dengan menekan produksi glukosa hepatik dan menstimulasi pemanfaatan glukosa di dalam otot skelet dan jaringan adiposa menurun.
“Ini membuat pankreas memproduksi insulin secara terus-menerus sehingga kemudian mengakibatkan cedera insulin, tubuh tidak mampu mengeluarkan insulin secara kebutuhan,” kata dokter Aris.
Kondisi tersebut akan membuat produksi gula pada hati tidak terkendali sehingga kadar gula dalam darah naik. Bila tidak dikendalikan, itu bisa berkembang menjadi diabetes militus yang oleh masyarakat awam disebut “kencing manis”. Penyakit diabetes yang disebabkan resistensi tubuh terhadap efek insulin (hormon yang diproduksi oleh sel beta pankreas) disebut diabetes militus tipe 2.
Keadaan ini akan mengakibatkan kadar gula dalam darah menjadi naik tidak terkendali dan menimbulkan komplikasi pada sejumlah organ seperti jantung, otak, tungkai bawah, mata, ginjal dan jaringan syaraf. Penyakit ini biasanya ditandai dengan vbanyhak kencing (polyuria), banyak minum (polydipsia), bayak makan (polyphagia), dan cepat lelah.
“”Kalau tanda-tanda ini sudah muncul berarti paling tidak kita sudah telat 6 tahun. Seharusnya ini bisa dicegah dengan mengenali dan menyadari faktor resikonya sejak dini,” katanya.
Wrta kota, 16 Mei 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar