Minggu, 04 April 2010

Gangguan Belajar

DISKALKULIA

Menurut Jacinta F. Rini, M.Psi, dari Harmawan Consulting, Jakarta, diskalkulia dikenal juga dengan istilah "math difficulty" karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating). Anak yang bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses matematis. Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka ataupun simbol matematis.

CIRI-CIRI

Inilah beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan:

1. Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah seringkali mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis.

2. Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh sehari-harinya, ia sulit menghitung transaksi (belanja), termasuk menghitung kembalian uang. Seringkali anak tersebut jadi takut memegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan yang harus melibatkan uang.

3. Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.

4. Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arah.

5. Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Misalnya, ia bingung dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.

6. Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka, seperti proses substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret ukur.

7. Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainya.

8. Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skor.

FAKTOR PENYEBAB

Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi gangguan ini, di antaranya:

1. Kelemahan pada proses penglihatan atau visual

Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami diskalkulia. Ia juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.

2. Bermasalah dalam hal mengurut informasi

Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi penyebabnya, maka anak cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta apa pun yang membutuhkan kemampuan mengingat kembali hal-hal detail.

3. Fobia matematika

Anak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak diatasi segera, ia akan mengalami kesulitan dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan.

CARA PENANGGULANGAN

Diagnosa diskalkulia harus dilakukan oleh spesialis yang berkompeten di bidangnya berdasarkan serangkaian tes dan observasi yang valid dan terpercaya. Bentuk terapi atau treatment yang akan diberikan pun harus berdasarkan evaluasi terhadap kemampuan dan tingkat hambatan anak secara detail dan menyeluruh.

Bagaimanapun, kesulitan ini besar kemungkinan terkait dengan kesulitan dalam aspek-aspek lainnya, seperti disleksia. Perbedaan derajat hambatan akan membedakan tingkat treatment dan strategi yang diterapkan. Selain penanganan yang dilakukan ahli, orang tua pun disarankan melakukan beberapa latihan yang dapat mengurangi gangguan belajar, yaitu:

1. Cobalah memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, dengan menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani langkah-langkah

atau urutan dari proses keseluruhannya.

2. Bisa juga dengan menyuarakan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta si anak mendengarkan secara cermat. Biasanya anak diskalkulia tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep secara verbal.

3. Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas agar anak mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak. Atau kalau perlu, tuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya.

4. Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktek serta aktivitas sederhana sehari-hari. Misalnya, berapa sepatu yang harus dipakainya jika bepergian, berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu, berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan sebagainya.

5. Sering-seringlah mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, entah dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah menampilkan ingatannya tentang angka.

6. Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan oleh anak.

7. Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan nyata sehari-hari, sehingga anak mudah memahaminya.

8. Harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku bacaan, serta latihan yang disarankan.

DISGRAFIA

Kelainan neurologis ini menghambat kemampuan menulis yang meliputi hambatan secara fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap ataupun tulisan tangannya buruk. Anak dengan gangguan disgrafia sebetulnya mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka.

Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD. Kesulitan dalam menulis seringkali juga disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru. Akibatnya, anak yang bersangkutan frustrasi karena pada dasarnya ia ingin sekali mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah didapat ke dalam bentuk tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan.

Sebagai langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham bahwa disgrafia bukan disebabkan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar. Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua dan guru terhadap si anak, ataupun keterlambatan proses visual motoriknya.

CIRI-CIRI

Ada beberapa ciri khusus anak dengan gangguan ini. Di antaranya adalah:

1. Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.

2. Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.

3. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.

4. Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.

5. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.

6. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.

7. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.

8. Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.

MEMBANTU ANAK DISGRAFIA

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan gangguan ini. Di antaranya:

1. Pahami keadaan anak

Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua
meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.

2. Menyajikan tulisan cetak

Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui kesalahannya.

3. Membangun rasa percaya diri anak

Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.

4. Latih anak untuk terus menulis

Libatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.

Bayangkan betapa menderitanya seorang anak jika ia tidak mampu untuk
mengemukakan atau mengkomunikasikan segala keinginannya atau ia tidak
mampu memusatkan perhatiannya untuk belajar. Kondisi ini akan membuat anak
mengalami kesulitan di dalam kelas dan mungkin tertinggal dalam satu
atau beberapa mata pelajaran tertentu. Tidak hanya anak yang merasa
tertekan, orang tuanyapun mungkin akan merasakan kebingungan atas problematika
yang ihadapi oleh sang anak.Proses belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam
membentuk
sumber daya manusia yang tangguh. Sejak bayi dilahirkan, ia sudah
mulai
dengan proses belajarnya yang pertama yaitu, belajar untuk
menyesuaikan
diri dengan lingkungan dunia. Hal ini akan berjalan terus sampai anak
masuk
sekolah dan proses pembelajaran formal mulai diterapkan pada dirinya.
Pada
saat ini, seorang anak perlu dirangsang untuk mengembangkan rasa
cinta akan
belajar, kebiasaan-kebiasaan belajar yang baik dan rasa diri sebagai
pelajar yang sukses. Namun demikian, proses pembelajaran tidak selalu
berjalan mulus hanya dengan faktor di atas.
Kesulitan/Gangguan belajar ( Learning Disorders ) merupakan suatu
kesulitan/gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh
adanya
kesenjangan yang signifikan antara taraf intelengensi seorang anak
dengan
kemampuan akademik yang seharusnya sudah dapat dicapai oleh anak
seusianya.
Hal ini merupakan masalah, baik di sekolah maupun di rumah. Oleh
karena,
gangguan /kesulitan belajar yang tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan berbagai bentuk gangguan emosional/psikiatrik yang akan
berdampak lebih buruk lagi bagi perkembangan kualitas hidup anak di
kemudian hari. Dengan demikian kepekaan orang tua dan guru kelas
sangatlah
membantu dalam deteksi dini kesulitan belajar, sehingga anak dapat
memperoleh penanganan sedini dan seoptimal mungkin dari tenaga
professional
sebelum semuanya menjadi terlambat.

BERAPA SERING ANGKA KEJADIAN KESULITAN BELAJAR ?

Pada tahun 1997, dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat
dikatakan bahwa 1,8 % dari anak usia sekolah mengalami kesulitan
belajar,
dengan kesulitan membaca sebagai kesulitan belajar utama. 20 % dari
anak
yang di diagnosis kesulitan belajar tersebut dikatakan mengalami
defisit
neurologis yang bervariasi dari ringan sampai berat sehingga membuat
mereka
menjadi sulit untuk menulis dan membaca.
Di Indonesia pada tahun 1996 Pusbang Kurrandik ( Pusat Pengembangan
Kurikulum dan Sarana Pendidikan ) Balitbang Dikbud melakukan
penelitian
terhadap 4994 siswa sekolah dasar kelas I – VI di provinsi Jabar,
Lampung,
Kalbar dan Jatim, mendapatkan hasil bahwa 696 dari siswa SD( 13,94
% )
tersebut mengalami kesulitan belajar umum, dan 479 di antaranya
mengalami
kesulitan membaca ( disleksia ). Hal ini memberikan gambaran bahwa
kesulitan belajar di kalangan siswa SD perlu mendapat perhatian yang
serius
dari semua pihak, baik dari dunia pendidikan, medik, psikologik,
orang tua
dan pihak lainnya yang terkait, karena tahap sekolah dasar merupakan
tahap
preliminer dalam mencapai tahap pendidikan ke jenjang berikutnya.

APA TUJUAN DAN KEBUTUHAN PROSES BELAJAR ?

Proses belajar pada anak mempunyai beberapa tujuan, diantaranya
ialah ;
1.Untuk dapat maju ke fase perkembangan selanjutnya
2.Agar anak mempunyai keterampilan-keterampilan yang baru yang
berguna bagi
perkembangan dirinya
3.Agar anak dapat mengerti peranan sosial yang harus dijalankannya,
serta mampu mengerti peranan orang lain dalam konteks sosialnya.

Dengan demikian proses belajar merupakan suatu proses seumur hidup
yang
kompleks dan merupakan bagian dari proses tumbuh kembang seorang
anak.
Aspek perkembangan yang banyak berperan dalam dalam proses belajar
ialah
perkembangan kognitif.

Ada tiga faktor yang dibutuhkan dalam perkembangan kognitif /proses
belajar
yang optimal, yaitu
1.Kematangan dan keutuhan dari struktur organ-organ seseorang,
termasuk
otak, alat persepsi,sistim motorik, serta faktor genetik.
2. Stimulasi atau rangsangan yang optimal dan berkesinambungan dari
lingkungan. Sikap , respon dan dorongan dari orang tua sangatlah
berpengaruh dalam proses belajar seorang anak. Sikap menghargai
setiap rasa
keingintahuan anak merupakan awal dan dasar yang kuat bagi proses
belajar
sang anak selanjutnya. Di lain pihak, sekolah yang merupakan tempat
anak
menempa ilmu secara formal juga ikut berperan. Bangunan fisik
sekolah,
guru, relasi guru dengan anak, dan relasi anak dengan teman
sebayanya,
serta kurikulum yang dijalankan sekolah juga merupakan hal yang
krusial
dalam tercapainya perkembangan kognitif yang optimal
3. Peran aktif anak yang bersangkutan untuk mengolah setiap asupan
yang diterima dari lingkungannya. Dengan kata lain, motivasi dan
minat
belajar yang tinggi pada seorang anak akan mendorong dirinya menuju
ke arah
perkembangan kognitif yang baik.

Oleh karena itu, proses belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
yang
ada di dalam diri anak saja, tetapi juga oleh faktor-faktor eksternal
lainnya. Dengan demikian, adanya gangguan atau hambatan pada ke tiga
faktor
di atas dapat menimbulkan berbagai jenis kesulitan belajar pada anak.

BERBAGAI JENIS GANGGUAN FISIK DAN PSIKIATRIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TIMBULNYA KESULITAN BELAJAR PADA ANAK.

I. GANGGUAN FISIK
Gangguan dalam sistim saraf pusat/otak anak atau organ pendengaran
atau
organ penglihatan, misalnya oleh karena adanya infeksi baik langsung
maupun
tidak langsung pada otak, trauma pada otak, penyakit bawaan, gangguan
konduksi listrik ( epilepsi ), gangguan metabolic sistemik, dll.
Semua ini
dapat yang menyebabkan timbulnya disfungsi otak minimal, yang mungkin
bermanifestasi dalam berbagai bentuk gangguan psikiatrik, di
antaranya
ialah kesulitan belajar.

II. GANGGUAN PSIKIATRIK
o Retardasi Mental
Kondisi ini ditandai oleh tingkat kecerdasan anak yang berada di
bawah
rata-rata. Anak akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan
sehari-hari sebagaimana anak seusianya, seperti mengurus dirinya
sendiri,
melakukan pekerjaan rumah atau berinteraksi dengan lingkungannya.
o Gangguan Pemusatan Perhatian & Hiperaktivitas.
Ciri utama dari gangguan ini adalah kesulitan anak untuk memusatkan
perhatian-nya yang timbul pada lebih dari satu situasi, misalnya di
rumah,
di sekolah dan di dalam kendaraan, dll, dapat disertai atau tidak
disertai
dengan hiperaktivitas. Gangguan ini disebabkan oleh adanya kelainan
fungsi
inhibisi perilaku dan kontrol diri. Anak tidak mampu untuk
berkonsentrasi
pada satu pekerjaan tertentu, dan merencanakan tujuan dari pekerjaan
tersebut. Ia tidak mampu menyusun langkah-langkah dalam usaha untuk
mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian ia akan mengalami kesulitan
dalam
menyimak pelajaran yang diberikan gurunya, dan akhirnya ia tidak
mengerti
apa yang diterangkan oleh gurunya itu.
· Gangguan Tingkah Laku
Pada anak yang mengalami gangguan ini seringkali dikatakan sebagai
anak
nakal, sulit diatur, suka melawan, sering membolos dan berperilaku
antisosial, dll. Anak dengan Gangguan Tingkah Laku ini seringkali
mempunyai
prestasi akademik di bawah taraf yang diperkirakan. Kesulitan belajar
yang
terjadi dikarenakan anak sering membolos, malas, motivasi belajar
yang
kurang, kurang disiplin, dll.
o Gangguan Depresi
Seorang anak yang mengalami Gangguan Depresi akan menunjukkan gejala-
gejala
seperti,
o Perasaan sedih yang berkepanjangan
o Suka menyendiri
o Sering melamun di dalam kelas/di rumah
o Kurang nafsu makan atau makan berlebihan
o Sulit tidur atau tidur berlebihan
o Merasa lelah, lesu atau kurang bertenaga
o Merasa rendah diri
o Sulit konsentrasi dan sulit mengambil keputusan
o Merasa putus asa
o Gairah belajar berkurang
o Tidak ada inisiatif, hipo/hiperaktivitas
Anak dengan gejala-gejala depresi akan memperlihatkan kreativitas,
inisiatif dan motivasi belajar yang menurun, dengan demikian akan
menimbulkan kesulitan belajar sehingga membuat prestasi belajar anak
menurun hari demi hari.

JENIS KESULITAN BELAJAR

Kesulitan belajar bukanlah suatu diagnosis tunggal semata-mata,
melainkan
terdiri dari berbagai jenis gangguan dengan berbagai macam gejala,
penyebab, pengobatan dan perjalanan penyakit. Tidak semua problem
belajar
merupakan suatu kesulitan belajar. Ada anak yang menunjukkan
perkembangan
suatu keahlian tertentu lebih lambat daripada anak lain seusianya dan
sebaliknya, tetapi masih dalam batas kewajaran. Untuk menentukan
apakah
seorang anak mengalami kesulitan belajar tertentu atau tidak
digunakan
pedoman yang diambil dari Diagnostic & Statistical Manual of Mental
Disorders IV ( DSM - IV ).

Ada 2 kelompok besar kesulitan belajar, yaitu ;
1. Gangguan Perkembangan Wicara & Berbahasa
Problem wicara & bahasa seringkali merupakan indikator awal adanya
kesulitan belajar pada seorang anak. Gangguan berbahasa pada anak
usia
balita berupa keterlambatan komunikasi baik verbal ( berbicara )
maupun
non-verbal. Secara umum dapat dikatakan bahwa bila anak berusia 2
tahun
belum dapat mengatakan kalimat 2 kata yang berarti, maka anak
mengalami
keterlambatan perkembangan wicara-bahasa.
Anak dengan Gangguan Perkembangan Wicara & Bahasa dapat mengalami
kesulitan
untuk ;
· Memproduksi suara huruf/kata tertentu
· Menggunakan bahasa verbal/tutur dalam berkomunikasi, tetapi
pemahaman bahasanya baik. Orang tua sering kali berkata " anak saya
mengerti apa yang saya ucapkan, tetapi belum bias berbicara ".
· Memahami bahasa verbal yang dikemukakan oleh orang lain,
walaupun kemampuan pendengarannya baik. Anak hanya dapat meniru kata-
kata
tanpa mengerti artinya ( membeo ).
2. Gangguan Kemampuan Akademik ( Academic Skills Disorders )
Ada 3 jenis Gangguan Kemampuan Akademik ;
o Gangguan Membaca
Membaca merupakan dasar utama untuk memperoleh kemampuan belajar di
bidang
lainnya. Proses membaca ini merupakan suatu proses yang kompleks yang
melibatkan ke dua belahan otak. Persentasi dari Gangguan Membaca ini
dikatakan sebesar 2- 8 % dari anak usia sekolah. Anak yang mengalami
Gangguan Membaca menunjukkan adanya ;
i. Inakurasi dalam membaca, seperti ;
§ Membaca lambat, kata demi kata jika dibandingkan dengan anak
seusianya, intonasi suara turun naik tidak teratur
§ Sering terbalik dalam mengenali huruf dan kata, misalnya antara
kuda dengan daku, palu dengan lupa, huruf b dengan d, p dengan q, dll
§ Kacau terhadap kata yang hanya sedikit perbedaannya, misalnya bau
dengan buah, batu dengan buta, rusa dengan lusa, dll
§ Sering mengulangi dan menebak kata-kata atau frasa
ii. Pemahaman yang buruk dalam membaca, dalam arti anak tidak
mengerti
isi cerita/teks yang dibacanya.

o Gangguan Menulis Ekspresif
Kondis ini ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk membuat suatu
komposisi
tulisan dalam bentuk teks, dan keadaan ini tidak sesuai dengan
tingkat
perkembangan anak seusianya. Gejala utamanya ialah adanya kesalahan
dalam
mengeja kata-kata, kesalahan tata bahasa, kesalahan tanda baca,
paragraf
dan tulisan tangan yang sangat buruk. Selain itu, mereka juga
mengalami
kemiskinan tema dalam karangannya.
· Gangguan Berhitung
Gangguan Berhitung merupakan suatu gangguan perkembangan kemampuan
aritmetika atau keterampilan matematika yang jelas mempengaruhi
pencapaian
prestasi akademikanya atau mempengaruhi kehidupan sehari-hari anak.
Gejala
yang ditampilkan di antaranya ialah;
§ Kesulitan dalam mempelajari nama-nama angka
§ Kesulitan dalam mengikuti alur suatu hitungan
§ Kesulitan dengan pengertian konsep kombinasi dan separasi
§ Inakurasi dalam komputasi
§ Selalu membuat kesalahan hitungan yang sama
§ Dll

BAGAIMANA DETEKSI DINI KESULITAN BELAJAR ?

Tanda dari kesulitan belajar sangat bervariasi, tergantung dari usia
anak
pada saat itu. Sensitivitas atau kepekaan orang tua dan guru
seringkali
sangat membantu dalam deteksi dini. Orang tua atau guru yang melihat
adanya
kesenjangan yang konsisten antara kemampuan akademik anak dengan
kemampuan
rata-rata teman sekelasnya atau prestasi anak yang tidak kunjung
meningkat
walaupun pelajaran tambahan sudah diberikan, haruslah mulai berpikir
apa
yang sebenarnya terjadi dalam diri sang anak. Apalagi jika disertai
oleh
beberapa gejala di bawah ini ;.
o Untuk anak pra-sekolah ;
§ Keterlambatan berbicara jika dibandingkan anak seusianya
§ Adanya kesulitan dalam pengucapan kata
§ Kemampuan penguasaan jumlah kata yang minim
§ Seringkali tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk suatu
kalimat
§ Kesulitan untuk mempelajari dan mengenali angka, huruf dan
nama-nama hari dalam seminggu
§ Mengalami kesulitan dalam menghubung-hubungkan kata dalam suatu
kalimat
§ Kegelisahan yang sangat ekstrim dan mudah teralih perhatiannya
§ Kesulitan berinteraksi dengan anak seusianya
§ Menunjukkan kesulitan dalam mengikuti suatu petunjuk atau rutinitas
tertentu
§ Selalu menghindari permainan `puzzles'
§ Menghindari pelajaran menggambar atau prakarya tertentu seperti
menggun-ting
o Untuk anak usia sekolah
§ Mempunyai kemampuan daya ingat yang buruk
§ Selalu membuat kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca,
misalnya huruf b dibaca d, huruf m dibaca w, kesalahan transposisi
yaitu
kata roda dibaca dora
§ Lambat untuk mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi
pengucapannya
§ Bingung dengan operasionalisasi tanda-tanda dalam pelajaran
matematika, misalnya tidak dapat membedakan antara tanda – dengan +,
tanda
+ dengan x, dll
§ Sulit dalam mempelajari keterampilan baru, terutama yang
membutuhkan kemampuan daya ingat yang baik
§ Sangat aktif, tidak mampu menyelesaikan satu tugas/kegiatan
tertentu secara tuntas
§ Impulsif ( bertindak sebelum berpikir )
§ Sulit konsentrasi atau perhatiannya mudah teralih
§ Sering melakukan pelanggaran baik di sekolah atau di rumah
§ Tidak bertanggung jawab terhadap kewajibannya
§ Tidak mampu merencanakan kegiatan sehari-harinya
§ Problem emosional seperti mengasingkan diri, pemurung, mudah
tersinggung atau acuh terhadap lingkungannya
§ Menolak bersekolah
§ Mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk atau rutinitas tertentu
§ Ketidakstabilan dalam menggenggam pensil/pen
§ Kesulitan dalam mempelajari pengertian tentang hari / waktu

Jika orang tua atau guru menemukan beberapa gejala di atas maka
sebaiknya
dilakukan evaluasi oleh tenaga profesional seperti, dokter anak atau
psikiater anak atau tenaga profesional lainnya.

PEMERIKSAAN APA YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN ?

Pemeriksaan terhadap anak dengan kesulitan belajar sebaiknya
dilakukan oleh
suatu tim kerja terpadu yang meliputi berbagai disiplin ilmu,
seperti ;
1. Dokter anak
2. Psikiater anak
3. Psikolog
4. Orthopaedagog
5. dll
· Wawancara orang tua dan anak
o Riwayat kehamilan
o Riwayat perkembangan fisik dan mental anak
o Riwayat medik anak termasuk fungsi indera penglihatan dan
pendengaran
o Riwayat keluarga dan ada tidaknya perubahan struktur keluarga
o Usia mulai timbulnya kesulitan belajar
o Ada tidaknya masalah kelurga yang dapat memicu timbulnya kesulitan
belajar pada anak
o Apakah ada tanda-tanda pencenderaan pada anak, baik fisik, emosi
atau seksual
· Evaluasi anak oleh
o Dokter anak
Dokter anak merupakan dokter yang sering melakukan skrining awal
adanya
kesulitan belajar pada anak. Pemeriksaan fisik dan neurologi lengkap
biasanya telah dilakukan, termasuk pemeriksaan mata, pendengaran atau
kondisi medik lainnya bila diperlukan
o Psikiater anak
Melakukan pemeriksaan kondisi mental emosional anak. Evaluasi
perasaan anak
terhadap ketidakmampuan dalam memenuhi harapan sekolah atau orang
tuanya.
Observasi bagaimana interaksi anak dengan lingkungannya, harapan dan
cita-cita anak. Selain itu, melakukan analisa dan penyimpulan akan
adanya
gangguan psikiatrik lain yang menyertai kesulitan belajar
o Psikolog
Pemeriksaan oleh psikolog akan memberikan data mengenai sikap anak
dalam
menghadapi tugas dan tanggung jawabnya. Selain itu juga memberikan
masukan
mengenai fungsi kecerdasan, bakat dan minat anak secara keseluruhan.
o Guru
Informasi mengenai pola perilaku dan prestasi akademik anak di
sekolah,
khususnya di dalam kelas merupakan informasi yang penting diketahui.
Informasi ini tidak hanya penting dalam menegakkan diagnosis, tetapi
juga
dalam tindak lanjut dari penanganan yang akan dan telah diberikan
kepada anak.

DAMPAK KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar yang terjadi pada seorang anak tidak hanya
berdampak bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak saja, tetapi juga berdampak dalam
kehidupan keluarga dan juga dapat mempengaruhi interaksi anak dengan
lingkungannya. Sistim keluarga dapat mengalami disharmoni oleh karena
saling menyalahkan di antara ke dua orang tua. Orang tua merasa
frustrasi,
marah, kecewa, putus asa, merasa bersalah atau menolak, dengan
kondisi ini
justru membuat anak dengan kesulitan belajar merasa lebih terpojok
lagi.
Anak dengan kesulitan belajar seringkali menuding dirinya sebagai
anak yang
bodoh, lambat, berbeda dan keterbelakang. Mereka menjadi tegang,
malu,
rendah diri dan berperilaku nakal, agresif, impulsif atau bahkan
menyendiri/menarik diri untuk menutupi kekurangan pada dirinya.
Seringkali
mereka tampak sulit berinteraksi dengan teman-teman sebayanya, dan
lebih
mudah bagi mereka untuk bergaul dan bermain dengan anak-anak yang
mempunyai
usia lebih muda dari mereka. Hal ini menandakan terganggunya sistim
harga
diri anak. Kondisi ini merupakan sinyal bahwa anak membutuhkan
pertolongan
segera.


APAKAH KESULITAN BELAJAR DAPAT DIATASI ?

Walaupun gangguan yang terjadi pada sebagian otak sudah tidak dapat
diperbaiki lagi, tetapi masih ada bagian otak lain yang masih dapat
dirangsang untuk dapat berfungsi optimal. Oleh karena itu pemberian
terapi
haruslah sedini dan seoptimal mungkin, sehingga anak diharapkan dapat
mengejar apa yang menjadi kekurangannya selama ini. Penanganan yang
diberikan pada kasus anak dengan kesulitan belajar tergantung pada
hasil
pemeriksaan yang komprehensif dari tim kerja. Tim ini terdiri dari
berbagai
tenaga profesional ( sudah disebutkan di atas ) yang bekerja pada
suatu
klinik kesulitan belajar. Dengan demikian orang tua akan memperoleh
pelayanan `one stop assessment' yang mempermudah mereka dalam mencari
pertolongan untuk anaknya.
Penanganan yang diberikan pada anak dengan kesulitan belajar
meliputi ;
o Penatalaksanaan di bidang medis
o Penatalaksanaan di bidang pendidikan

· Penatalaksanaan di bidang medis
o Terapi obat
Pengobatan yang diberikan adalah sesuai dengan gangguan fisik atau
psikiatrik yang diderita oleh anak, misalnya ;
§ Berbagai kondisi depresi dapat diberikan obat gol. Antidepresan
§ GPPH diberikan obat gol. Psikostimulansia, misalnya Ritalin
§ Dll.

o Terapi perilaku
Terapi perilaku yang sering diberikan adalah modifikasi perilaku.
Dalam hal
ini anak akan mendapatkan penghargaan langsung jika ia dapat memenuhi
suatu
tugas atau tanggung jawab atau berperilaku positif tertentu. Di lain
pihak,
ia akan mendapatkan peringatan jika ia memperlihatkan perilaku
negatif.
Dengan adanya penghargaan dan peringatan langsung ini maka diharapkan
anak
dapat mengontrol perilaku negatif yang tidak dikehendaki, baik di
sekolah
atau di rumah.
o Psikoterapi suportif
Dapat diberikan kepada anak dan keluarganya. Tujuannya ialah untuk
memberi
pengertian dan pemahaman mengenai kesulitan yang ada, sehingga dapat
menimbulkan motivasi yang konsisten dalam usaha untuk memerangi
kesulitan
ini.
o Pendekatan psikososial lainnya ialah ;
§ Psikoedukasi orang tua dan guru
§ Pelatihan keterampilan sosial bagi anak
· Penatalaksanaan di bidang pendidikan
Dalam hal ini terapi yang paling efektif ialah terapi remedial, yaitu
bimbingan langsung oleh guru yang terlatih dalam mengatasi kesulitan
belajar anak. Guru remedial ini akan menyusun suatu metoda pengajaran
yang
sesuai bagi setiap anak. Mereka juga melatih anak untuk dapat belajar
dengan baik dengan tehnik-tehnik pembelajaran tertentu ( sesuai
dengan
jenis kesulitan belajar yang dihadapi anak ) yang sangat bermanfaat
bagi
anak dengan kesulitan belajar.


BAGAIMANA PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBANTU ANAK DENGAN KESULITAN
BELAJAR ?

Guru kelas biasanya tidak mempunyai waktu yang cukup untuk supervisi
bagi
setiap murid-muridnya. Di sini pentingnya mengapa anak memerlukan
bimbingan
belajar di luar jam sekolah. Ada orang tua yang mencarikan tenaga
guru
remedial bagi anaknya, namun ada juga yang mengerjakannya sendiri.
Dengan
demikian orang tua memainkan peranan yang penting dalam meningkatkan
prestasi belajar anaknya. Oleh karena itu ada beberapa petunjuk yang
perlu
diketahui oleh para orang tua ;
o Pilih waktu yang baik untuk belajar
o Pakai buku yang digunakan guru di sekolah
o Ciptakan suasana belajar yang nyaman dan tenang
o Melatih anak untuk mendiskusikan isi suatu buku dengan hanya
melihat judul buku/sampulnya sebelum anak mulai membaca
o Melatih anak untuk mengenal angka atau huruf dengan alat peraga
yang dapat diraba dan dengan warna-warna menarik
o Melatih anak untuk mengenal operasionalisasi tanda dalam matematika
dengan memberikan contoh-contoh dari kehidupan sehari-hari
o Hindari komentar yang negatif
o Berikan kesempatan kepada anak bila ingin mencoba menyelesaikan
pekerjaan rumahnya sendiri
o Membantu anak belajar sambil bermain


KESIMPULAN
· Kesulitan belajar merupakan keluhan sering dilontarkan oleh orang
tua.
· Berbagai gangguan psikiatrik seringkali mendasari timbulnya
kesulitan belajar pada anak, seperti retardasi mental, gangguan
tingkah
laku, GPPH dan gangguan depresif, dll
· Anak dengan kesulitan belajar akan mengalami penurunan kualitas
hidup, sehingga berdampak dalam pengembangan sumber daya manusia di
kemudian hari.
· Deteksi dini haruslah dilakukan oleh orang tua di rumah, maupun
guru di sekolah.
· Penanganan dilakukan oleh tenaga profesional seperti psikiater
anak, dokter anak, psikolog dan tenaga pendidik sehingga anak dapat
kembali berprestasi di sekolah dan menjadi sumber daya manusia yang tangguh
di kemudian hari.

1 komentar: